aki dan akb menurut who tahun 2017

Hallain yang tak kalah pentingnya yakni sosialisasi program kegiatan agar apa yang telah dan akan dilaksanakan oleh pemerintah khususnya Pokja, dapat diketahui dan dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat. KematianIbu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat, 2) Meningkatkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar, terutama yang berkaitan tentang penurunan AKI dan AKB, 3) Mempercepat penerimaan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera), 4) Berdasarkantabel I.15, AKB di Kabupaten Grobogan tahun 2016 sebesar 17,22/1.000 kelahiran hidup (KH) dan bila dibandingkan dengan tahun 2015 sebesar 17,44/1.000 KH, AKB mengalami penurunan. Secara nasional sesuai target sasaran strategis dalam pembangunan kesehatan Kementerian Kesehatan yaitu 24 per 1.000 KH, AKB di Kabupaten Untuksemester I Tahun 2014 saja sudah ada 6 angka kematian ibu hamil/melahirkan. Untuk itu diharapkan PNPM Mandiri Perkotaan dapat bersinergi dengan program-program yang ada di Dinkes dalam mendukung upaya penurunan AKI dan AKB tersebut. Mengingat keterbatasan dana APBD, diharapkan PNPM Mandiri Perkotaan dapat Berdasarkandata untuk Kota Tasikmalaya pada tahun 2018 saja jumlah AKI sebanyak 18 ibu, AKB sebanyak 80 bayi. Meski demikian, Dinas Kesehatan terus menggenjot sejumlah upaya untuk menekan AKI dan AKB di Kota Tasikmalaya, “Kami menargetkan pada tahun 2019 AKI sebanyak 10 ibu dan AKB sebanyak 65 bayi,” tutur Sekdinkes Encu Darsiwa PusatData dan Informasi - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Kondisisaat ini adalah AKI sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup (SUPAS, 2015) dan AKB sebesar 24 per 1000 kelahiran hidup (SDKI, 2017). Dalam rangka percepatan penurunan AKI dan AKB diperlukan peningkatana peran Rumah Sakit agar di tahun 2024 tercapai AKI sebesar 183 per 100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 16 per 1000 kelahiran hidup. KepalaDinas Kesehatan (Dinkes) Kota Serang, Ahmad Hasanuddin, mengatakan berdasarkan data AKI dan AKB di Kota Serang mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Untuk tahun 2020 AKI mencapai 24 kasus, sementara di tahun 2021 menurun jadi 17 kasus. Sedangkan AKB tahun 2020 mencapai 29 kasus dan pada 2021 menurun jadi 28 . Turunkan AKI-AKB, Kemenkes Pertajam Transformasi Sistem KesehatanDipublikasikan Pada Jumat, 24 Desember 2021 000000, Dibaca KaliJakarta, 23 Desember 2021Dalam rangka memperingati Hari Ibu setiap tanggal 22 Desember 2021, Kementerian Kesehatan bersama dengan USAID Momentum Country Global Leadership MCGL menyelenggarakan Seminar Hari Ibu, dengan tema Peran Lintas Sektor dan Pemerintah Daerah dalam mendukung Percepatan Penurunan AKI dan AKB , yang dilaksanakan secara hybrid. Pada kesempatan ini, Bapak Menteri Kesehatan menyampaikan sambutan dan selamat hari ibu kepada semua ibu di negeri ibu sangatlah besar baik dalam keluarga, masyarakat bahkan tiang suatu bangsa, tiada negara yang besar tanpa peran kuat dari ibu di setiap keluarga. Oleh karenanya menghargai, menjaga, menyelamatkan dan memenuhi kebutuhan dasar Ibu menjadi salah satu jalan untuk menghasilkan generasi unggul.''Terima kasih para Ibu, Ibu yang tangguh yang berperan ganda sebagai ibu, pekerja sekaligus pendidik. Seminar ini merupakan kolaborasi dengan Pemerintah Daerah, lintas K/L dalam mendukung penyelamatan kesehatan Ibu dan bayi serta diseminasi pendampingan RS khususnya 13 RS vertikal dan 3 RSUD terpilih dalam penyelamatan kesehatan Ibu,'' ujar drg. Kartini PLT. Dirjen Kesmas dalam ini bertujuan untuk memberikan informasi dan upaya kesehatan Ibu dan anak serta menurunkan Angka Kematian Ibu AKI dan Angka Kematian Bayi AKB. Salah satu upaya bekerjasama dengan USAID yang berkomitmen membantu menurunkan AKI dan AKB di Indonesia melalui Momentum dengan dukungan dari Pemerintah Daerah serta dukungan tenaga kesehatan untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dalam menyelamatkan Ibu dan Stanton dari USAID Indonesia menyampaikan dalam sambutannya, Ibu adalah sumber daya yang tidak ternilai maknanya, ibu memberikan kehidupan baru berperan dalam pengasuhan anak dan memiliki kontribusi dalam kesejahteraan keluarga, masyarakat dan negara. Walaupun Indonesia membuat kemajuan yang sangat baik dalam menurukan AKI dan AKB, tetapi masih menjadi salah satu kasus tertinggi di Asia Tenggara. Sebagian besar kematian ini dapat mencapai target RPJMN 2020-2024 dalam menurunkan AKI dan AKB bukan tugas yang mudah terutama ditengah pandemi COVID-19. Untuk itu, perlu dipastikan pelayanan kesehatan terutama di RS siap dan siaga dalam melindungi ibu dan bayi. Selama pandemi ini kita belajar untuk memperkuat kolaborasi dengan semua pihak untuk memerangi Penyakit Menular Langsung/Tidak Langsung, memperbaiki gizi masyarakat serta menurunkan peringatan hari ibu ke-93 tahun 2021 ini, Kementerian Kesehatan menunjukan komitmen dan dukungan berbagai pihak dalam meningkatkan derajat kesehatan perempuan dan menurunkan AKI-AKB, untuk penajaman strategi dan sejalan dengan RPJMN 2020-2024, Kemenkes melakukan transformasi sistem Kesehatan termasuk pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi dengan pendekatan 6 pilar, salah satunya pilar transformasi layanan primer yang bertujuan untuk menciptakan calon ibu sehat melalui upaya kesehatan berbasis masyarakat seperti; 1 Mempersiapkan ibu layak hamil; 2 Terdeteksi komplikasi kehamilan sedini mungkin di pelayanan kesehatan; 3 Persalinan di Fasilitas Kesehatan dan 4 Pelayanan untuk bayi yang transformasi pelayanan rujukan sebagai upaya penyelamatan Ibu dan Bayi yang mengalami komplikasi, diperkuat dengan membangun jejaring RS dimana RS Vertikal dan Provinsi melakukan pendampingan tata kelola klinis, dan tata kelola manajemen, sedangkan transformasi sistem layanan kesehatan mendorong pemenuhan sarana dan prasarana ibu dan bayi di fasilitas kesehatan dan memperkuat sistem rujukan, yang juga telah dilakukan di RS TNI/POLRI/Swasta.''Tentunya pilar-pilar dalam memperkuat transformasi sistem kesehatan ini, tidak akan terwujud tanpa adanya konvergensi, konsolidasi dan koordinasi kesehatan Ibu dan Bayi baik ditingkat pusat, daerah, sampai desa melalui lintas K/L,'' jelas Menkes Budi sambutannya, Menkes Budi G. Sadikin menyambut baik tema hari ibu yang mendiseminasikan upaya Pemda, lintas K/L dan asosiasi RS dalam mempercepatan penurunan AKI-AKB, semoga upaya kita bersama meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan perempuan serta mendukung upaya dalam menurunkan AKI-AKB di Virus Corona 119 ext 9. Berita ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi nomor hotline Halo Kemenkes melalui nomor hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili 021 5223002, 52921669, dan alamat email kontak[at]kemkes[dot]go[dot]id PRU Pembangunan kesehatan merupakan salah satu bagian penting dalam pembangunan nasional dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Salah satu strategi nasional dalam pembangunan kesehatan meliputi peningkatan kesehatan ibu, anak dan kesehatan reproduksi. Hal ini juga bertujuan agar dapat menekan Angka Kematian Ibu AKI dan Angka Kematian Bayi AKB. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi literatur untuk menganalisis pembangunan kesehatan terkait penurunan Angka Kematian Ibu AKI dan Angka Kematian Bayi AKB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan pembangunan kesehatan terkait penurunan Angka Kematian Ibu AKI dan Angka Kematian Bayi AKB adalah masih terdapat proses persalinan tradisional yang hanya ditolong oleh dukun bayi atau dukun beranak yang tidak terlatih. Tetapi, terdapat salah satu program yang berhasil dalam menurunkan AKI, yaitu Program Kemitraan Bidan dan Dukun yang diinisiasikan oleh pemerintah kabupaten Takalar di tahun 2007. Meski begitu, keberhasilan program Kemitraan Bidan dan Dukun dapat berbeda-beda di tiap daerah, perlu adanya dukungan kebijakan dan dukun dalam bentuk SK, Perda, maupun Surat Kesepakatan. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free ANALISIS PEMBANGUNAN KESEHATAN TERKAIT PENURUNAN ANGKA KEMATIAN IBU AKI DAN ANGKA KEMATIAN BAYI AKB ANALYSIS OF HEALTH DEVELOPMENT CONCERNED THE DECREASE OF MATERNAL MORTALITY RATE AND INFANT MORTALITY RATE Ariadna Chitrarasmi Bintan Muthia Pingky Shafiyah 1 2 3 Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia Abstract Health development is one of the important parts in national development in realizing the highest degree of public health. One of the national strategies in health development includes improving maternal, child and reproductive health. It also aims to reduce maternal mortality AKI and infant mortality AKB. The method carried out in this study is a literature study to analyze health development related to the decrease in Maternal Mortality AKI and Infant Mortality AKB. The results showed that the problem of health development related to the decrease in maternal mortality AKI and infant mortality AKB is that there is still a traditional labor process that is only helped by infant shamans or untrained child shamans. However, there is one program that succeeds in lowering AKI, namely the Midwife and Shaman Partnership Program initiated by the Takalar district government in 2007. Even so, the success of the Midwife and Shaman Partnership program can vary in each region, there needs to be policy support and shamans in the form of decrees, regulations, and letters of agreement. Keywords Health Development, Maternal and Child Mortality Rates Abstrak Pembangunan kesehatan merupakan salah satu bagian penting dalam pembangunan nasional dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Salah satu strategi nasional dalam pembangunan kesehatan meliputi peningkatan kesehatan ibu, anak dan kesehatan reproduksi. Hal ini juga bertujuan agar dapat menekan Angka Kematian Ibu AKI dan Angka Kematian Bayi AKB. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi literatur untuk menganalisis pembangunan kesehatan terkait penurunan Angka Kematian Ibu AKI dan Angka Kematian Bayi AKB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa permasalahan pembangunan kesehatan terkait penurunan Angka Kematian Ibu AKI dan Angka Kematian Bayi AKB adalah masih terdapat proses persalinan tradisional yang hanya ditolong oleh dukun bayi atau dukun beranak yang tidak terlatih. Tetapi, terdapat salah satu program yang berhasil dalam menurunkan AKI, yaitu Program Kemitraan Bidan dan Dukun yang diinisiasikan oleh pemerintah kabupaten Takalar di tahun 2007. Meski begitu, keberhasilan program Kemitraan Bidan dan Dukun dapat berbeda-beda di tiap daerah, perlu adanya dukungan kebijakan dan dukun dalam bentuk SK, Perda, maupun Surat Kesepakatan. Kata kunci Pembangunan Kesehatan, Angka Kematian Ibu dan Anak PENDAHULUAN Pembangunan Nasional adalah upaya dalam mewujudkan tujuan masyarakat yaitu kesejahteraan yang adil dan makmur. Salah satu kebijakan pembangunan nasional adalah untuk meningkatkan Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan berdaya saing dengan cara meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta. Kesehatan merupakan hak asasi setiap manusia. Hal tersebut juga tercantum pada Universal Declaration of Human Rights tahun 1948 ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa PBB yang menyatakan bahwa setiap orang berhak atas taraf hidup dalam menjamin kesehatan dan kesejahteraan. Pengertian sehat itu sendiri menurut UU Tahun 2009 adalah keadaan dimana fisik, mental, spiritual dan sosial dapat memungkinkan untuk hidup produktif baik secara sosial maupun ekonomi. Pembangunan kesehatan merupakan salah satu bagian penting dalam pembangunan nasional dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Kesehatan memiliki peran ganda dalam pembangunan nasional, yaitu dari sisi kesehatan merupakan tujuan dari pembangunan sedangkan dari sisi lain kesehatan sebagai modal dasar dalam pembangunan nasional. Pembangunan kesehatan dapat diwujudkan didorong dengan adanya keikutsertaan seluruh elemen di dalamnya, baik lapisan dasar seperti pelaksana sistem hingga pada lapisan pembuat kebijakan serta pembuat sistem itu sendiri. Dalam upaya mencapai tujuan pembangunan nasional pada bidang kesehatan sesuai UU tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional di susunlah Rencana Strategis Kementerian Kesehatan. Salah satu strategi nasional dalam pembangunan kesehatan meliputi adalah peningkatan kesehatan ibu, anak dan kesehatan reproduksi ini. Hal ini juga bertujuan agar dapat menekan Angka Kematian Ibu AKI dan Angka Kematian Bayi AKB yang dilakukan melalui strategi 1 Peningkatan pelayanan maternal dan neonatal secara terus menerus di fasilitas publik maupun swasta dengan cara mendorong persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan, peningkatan cakupan dan kualitas pelayanan antenatal dan postnatal bagi ibu dan bayi, peningkatan kompetensi tenaga kesehatan dalam mendeteksi dini faktor risiko kematian, penguatan dan pengembangan pelaksanaan MTBS, perbaikan sistem rujukan maternal dengan peningkatan kapasitas sistem kesehatan, penyediaan sarana prasarana dan farmasi serta jaminan ketersediaan darah setiap saat; 2 Perluasan cakupan Imunisasi Dasar Lengkap IDL mencapai UCI Universal Child Immunization sampai level desa; 3 Peningkatan gizi remaja putri dan ibu hamil; dan 4 Peningkatan tingkat pengetahuan, pemahaman serta akses layanan kesehatan reproduksi remaja. METODE Penelitian ini dilakukan menggunakan metode penelitian literatur review atau studi literatur yaitu dilakukan dengan cara mengumpulkan berbagai sumber bacaan, artikel, jurnal dan textbook yang membahas tentang pembangunan kesehatan terkait penurunan Angka Kematian Ibu AKI dan Angka Kematian Bayi AKB. HASIL Tingginya Angka Kematian Ibu AKI masih menjadi persoalan yang perlu dihadapi oleh pemerintah Indonesia. Salah satu program yang berhasil dalam menurunkan AKI adalah Program Kemitraan Bidan dan Dukun. Program tersebut diinisiasi pertama kali oleh pemerintah kabupaten Takalar di tahun 2007 untuk memperbaiki Indeks Pembangunan Manusia IPM dan menurunkan AKI yang masih tinggi akibat proses persalinan tradisional yang hanya ditolong oleh dukun bayi atau dukun beranak yang tidak terlatih. Program ini secara umum berupaya mengalihkan peranan dukun bayi atau dukun beranak sanro dalam persalinan tradisional terhadap perawatan bayi dan ibu pasca melahirkan. Selain dilatih, mereka diajak untuk mendorong setiap ibu melahirkan agar dapat ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih seperti bidan. Setiap dukun bayi mendapatkan insentif setiap melakukan rujukan persalinan ke bidan desa. Program ini kemudian diperkuat dengan adanya Peraturan Daerah Kabupaten Takalar Nomor 02 Tahun 2010 tentang Kemitraan Bidan dan Dukun Bayi di Kabupaten Takalar. Program ini menunjukkan hasil yang sangat baik. Hal ini terlihat dari indikator-indikator seperti K1 kunjungan antenatal trimester pertama naik lima kali lipat, dari 23 persen 2006 menjadi 105 persen 2012, K4 kunjungan antenatal trimester keempat naik dari 25,37 persen 2006 menjadi 97 persen 2012 dan persalinan ditolong tenaga kesehatan meningkat menjadi 96,4 persen pada tahun 2011. Program ini berhasil menurunkan AKI di Takalar hingga 0 pada kurun waktu 2009 – 2010. Dengan adanya program tersebut, dukun bayi dapat diberdayakan dan dilatih untuk membantu bidan dalam memberikan perawatan kepada ibu dan anak pasca melahirkan. Tidak hanya itu, mereka juga diajak untuk mendorong setiap ibu melahirkan agar dapat ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih seperti bidan. Setiap dukun bayi mendapatkan insentif setiap melakukan rujukan persalinan ke bidan desa. Pemberian insentif dapat mendorong para dukun untuk merujuk persalinan juga dapat memberikan penghasilan tambahan. Meski begitu, keberhasilan program Kemitraan Bidan dan Dukun dapat berbeda-beda di tiap daerah. Diperlukan adanya dukungan kebijakan dan dukun dalam bentuk SK, Perda, maupun Surat Kesepakatan. Dalam implementasinya pada puskesmas di kecamatan Semampir kota Surabaya, diketahui bahwa kebijakan yang mendukung belum ada. Selain itu, terdapat kendala dalam berkomunikasi dengan masyarakat sebagai sasaran program dan dukun sebagai mitra pelaksana sehingga diperlukan upaya lebih agar program dapat mencapai hasil yang maksimal. Pada kabupaten Bulukumba, diketahui bahwa terdapat Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Keluarga Sehat yang mewajibkan Ibu untuk memeriksakan kesehatan antenatal care pada bidan atau tenaga medis yang berkualitas. Dalam implementasi kebijakan tersebut terdapat pula upaya pembentukan kelompok kerja Pokja dari Pemerintah Daerah Bulukumba yang melibatkan SKPD, seperti Dinas Kesehatan dan Bappeda yang mengkoordinir kepala desa atau lurah bersama bidan. Pemerintah Daerah Bulukumba memberikan sanksi terhadap persalinan di luar fasilitas kesehatan, termasuk sanksi bagi pasien, bidan, dan dukun beranak yang melakukan praktek persalinan di luar fasilitas kesehatan. Hal ini menunjukkan dukungan pemerintah yang kuat melalui adanya kebijakan. Namun, kebijakan tersebut perlu dibarengi dengan pendekatan kultural agar dapat melibatkan dukun melalui adanya interaksi yang kompleks. Upaya yang berbeda dilakukan Dinas Kesehatan Kota Surabaya dibantu Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur yang membentuk Satuan Tugas yang bernama Satuan Tugas Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Satgas Penakib untuk menurunkan AKI dan AKB di kota Surabaya. Satgas Penakib di Kota Surabaya terdiri dari Organisasi Perangkat Daerah, Lintas Sektor PERSI, BKKBN, dan Lintas Program Organisasi Profesi. Keberadaan Satgas Penakib diperkuat dengan Keputusan Walikota Surabaya Nomor tentang Tim Penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi Kota Surabaya. Satgas Penakib yang baru terbentuk kemudian langsung bergerak untuk melaksanakan sosialisasi ke kecamatan, kelurahan, dan lintas sektor lainnya dan membentuk Satgas Penakib di tingkat kecamatan dan kelurahan. Kinerja Satgas penakib sudah berdampak pada penurunan yang signifikan pada penurunan angka kematian Ibu dan Bayi pada tahun 2012 ke tahun 2105 di Kota Surabaya. KESIMPULAN Salah satu aspek dalam pembangunan nasional adalah kesehatan. Pembangunan kesehatan dapat diwujudkan dengan mengatasi masalah kesehatan yang ada dan melakukan pencegahan untuk kejadian selanjutnya. Permasalahan kesehatan yang dihadapi cukup besar. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan upaya untuk menghadapi permasalahan kesehatan yang ada dengan rencana pembangunan kesehatan berkelanjutan untuk masa mendatang. Upaya-upaya tersebut harus didorong dengan adanya keikutsertaan seluruh elemen di dalamnya, baik lapisan dasar seperti pelaksana sistem hingga pada lapisan pembuat kebijakan serta pembuat sistem itu sendiri. Pemerintah telah menyusun beberapa program, salah satunya adalah Program Kemitraan Bidan dan Dukun. Program tersebut berhasil dalam menurunkan AKI yang masih tinggi akibat proses persalinan tradisional yang hanya ditolong oleh dukun bayi atau dukun beranak yang tidak terlatih. Program tersebut diinisiasi pertama kali oleh pemerintah kabupaten Takalar di tahun 2007. Meski begitu, keberhasilan program Kemitraan Bidan dan Dukun dapat berbeda-beda di tiap daerah. Diperlukan adanya dukungan kebijakan dan dukun dalam bentuk SK, Perda, maupun Surat Kesepakatan. REFERENSI Helmizar. 2014. Evaluasi Kebijakan Jaminan Persalinan Jampersal Dalam Penurunan Angka Kematian Ibu Dan Bayi Di Indonesia. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 92, 197–205. [Accessed 29 Desember 2020] Perwira, I. 2001. Memahami Kesehatan Sebagai Hak Asasi Manusia. Pusat Dokumentasi ELSAM, 1–19. Available at [Accessed 29 Desember 2020] online. Available at [Accessed 29 Desember 2020] UU Nomor 25 Tahun 2004 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional’, p. 32. Available at [Accessed 29 Desember 2020] online. Available at [Accessed 30 Desember 2020] Rochmayanti, S. 2018. Implementasi Program Kemitraan Bidan Dan Dukun Oleh Bidan Praktek Swasta Di Puskesmas Wilayah Kecamatan Semampir Kota Surabaya. J-HESTECH,11, 31-42. [Accessed 30 Desember 2020] Andriyani, AS., Mahsyar, A., Malik, I. 2020 Implementasi Kebijakan Kesehatan Masyarakat Dalam Upaya Menurunkan Angka Kematian Ibu Dan Bayi Studi Kasus di Kabupaten Bulukumba dan Takalar. JPPM Journal of Public Policy and Management, 11, 22-28. [Accessed 30 Desember 2020] Handayani, E. 2018. Manajemen Kinerja Satuan Tugas Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi Satgas Penakib Dalam Mempercepat Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi di Kota Surabaya. Available at [Accessed 30 Desember 2020] ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Nur RochmayantiTerbatasnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya pertolongan persalinan oleh Nakes terlatih sehingga dukun merupakan alternatif pemilihan penolong persalinan, disamping faktor sosial ekonomi, budaya, dan kinerja bidan. Upaya peningkatan cakupan persalinan belum optimal ditandai masih adanya dukun yang masih menolong persalinan dikota Surabaya yaitu sebesar 4,75% pada tahun 2012. Tujuan Penelitian ini adalah untuk menjelaskan implementasi program kemitraan bidan dan dukun oleh bidan praktek swasta dan faktor yang terkait di Puskesmas wilayah Kecamatan Semampir Kota penelitian ini adalah deskriptif data dilakukan dengan teknik wawancara mendalam Indepth Interview pada 4 bidan praktek Swasta sebagai informan bidan koordinator, kepala Puskesmas, Kabid Kesga DKK Surabaya, Toma dan ibu bersalin sebagai informan data menggunakan metode analisis isi content analysis.Hasil penelitian menunjukkan belum ada aturan tertulis pelaksanaan program hanya bersifat pengenalan, dalam pelaksanaan kemitraan ada beberapa langkah yang belum dilaksanakan oleh pelaksana program, pencatatan khusus kemitraan bidan dan dukun belum tersedia, pelaporan dilakukan setiap bulan tetapi tidak didiskusikan dan SOP belum secara khusus belum pernah pelaksana terhadap kemitraan ada yang menerima dan menolak, penerapan program dengan pedoman belum sumber daya belum mendukung kegiatan program. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian adalah belum optimalnya implementasi Program Kemitraan Bidan dan Dukun di Puskesmas Wilayah kecamatan semampir Kota Surabaya karena cakupan kegiatan Program KIA/KB masih jauh dari target, serta belum ada kebijakan yang mendukung pelaksanaan. Maka diharapkan kepada DKK Surabaya untuk mengupayakan tetap berlangsungnya kemitraan dengan dukungan seluruh aspek diantaranya ketersediaan sumber daya yang memadai, kejelasan ukuran dan tujuan kebijakan, peningkatan pengetahuan Kebijakan Jaminan Persalinan Jampersal DalamHelmizarHelmizar. 2014. Evaluasi Kebijakan Jaminan Persalinan Jampersal DalamMemahami Kesehatan Sebagai Hak Asasi ManusiaI PerwiraPerwira, I. 2001. Memahami Kesehatan Sebagai Hak Asasi Manusia. Pusat Dokumentasi ELSAM, 1-19. Available at ads/2014/12/Kesehatan_Sebagai_Hak_Asasi [Accessed 29 Desember 2020]Sistem Perencanaan Pembangunan NasionalUU Nomor 25 Tahun 2004 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional', p. 32. Available at Keberhasilan KB Dapat Turunkan Angka Kematian IbuDipublikasikan Pada Selasa, 07 Februari 2017 000000, Dibaca KaliJakarta, 7 Februari 2017Angka Kematian Ibu AKI di Indonesia masih cukup tinggi ketimbang negara-negara lain di kawasan ASEAN. Berdasarkan Survei Penduduk Antar Sensus SUPAS tahun 2015, AKI di Indonesia berada pada angka 305/ kelahiran hidup. Situasi ini tentu membutuhkan kerja keras bersama untuk terus menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia sebagaimana target yang ditetapkan dalam Sustainable Development Goals SDGs.Salah satu penyebab AKI adalah rendahnya pengetahuan kaum perempuan, khususnya ibu hamil, yang disebabkan oleh minimnya informasi yang diterima. Determinan lainnya yang menyebabkan tingginya AKI adalah 4 terlalu, yakni terlalu muda, terlalu sering, terlalu dekat dan terlalu tua. Kehamilan yang tidak diinginkan di usia muda akan sangat berisiko pada kematian atau dapat berdampak buruk pada bayi yang dikandungnya. Risiko-risiko tersebut dapat diminimalkan dengan cara mengikuti program keluarga berencana. Hal ini disampaikan Menteri Kesehatan, Nila Moeloek, saat menyampaikan keynote speech dalam Rapat Koordinasi Nasional Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga KKBPK di Jakarta 7/2.'Perkawinan dini akan menyebabkan anak dropout dari sekolah, bisa menjadi ibu yang kurang berpendidikan, bisa berisiko juga menghadapi kematian saat melahirkan. Betapa ruginya kita kehilangan anak muda yang seharusnya produktif ', ujar Menkes.'Kami meminta betul kepada Kementerian Agama untuk ikut khotbah bahwa tidak baik jika kita menikah di usia yang terlalu muda karena angka kematiannya jelas tinggi, dalam hal ini secara psikologis belum siap sehingga bagaimana dia bisa mendidik dan menjaga kesehatan anak, akibatnya pada akhirnya angka kematian anak juga tinggi', tegasnya manusia Indonesia yang berkualitas tentu membutuhkan keterlibatan banyak pihak dalam rangka mencapai program prioritas pemerintah yang merupakan cita ke-5 dari 9 agenda prioritas Nawa Cita Presiden Joko Widodo. Untuk itu, Kementerian Kesehatan menerjemahkan visi misi dan cita-cita tersebut ke dalam program Indonesia Sehat dengan pendekatan keluarga untuk mewujudkan keluarga yang sehat memiliki 12 indikator utama yang antara lain adalah keluarga mengikuti keluarga berencana, ibu bersalin di fasilitas kesehatan, bayi mendapat imunisasi dasar lengkap, penderita hipertensi berobat teratur, tidak ada anggota keluarga yang merokok dan sekeluarga menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional.'Indikator keluarga sehat yang pertama adalah keluarga berencana. Kalau kita jalan bersama BKKBN, kita bisa mengharuskan petugas menanyakan keluarga untuk mengetahui apakah mengikuti KB atau tidak', terang Nila pemerintah lainnya yang beberapa bulan lalu diluncurkan adalah Gerakan Masyarakat Hidup Sehat GERMAS. Germas adalah suatu tindakan sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup. Keberhasilan gerakan ini membutuhkan kerjasama lintas sektoral, baik di pusat maupun daerah.'Pendekatan keluarga dapat kita manfatkan secara bersama, begitu juga Germas kita berjuang dengan kementerian lembaga lain agar kesehatan ini merupakan ujung tombak untuk mendapatkan manusia berkualitas. Oleh karena itu, saya mengharapkan kerjasama lintas K/L harus kita tingkatkan, dan menjadikan kita sehat, berpendidikan dan kita akan memiliki ekonomi yang lebih baik', ujar kesempatan yang sama, Wakil Presiden RI ketika membuka Rakornas KKPBK, mengatakan bahwa program Keluarga Berencana KB sudah lebih baik dan negara kita tidak mendapatkan efek negatif dari kebijakan kependudukan yang dibuat pemerintahannya bila dibandingkan negara lainnya, seperti India, Singapura atau Cina. Wapres juga berharap untuk menggalakkan lagi spirit program KB demi kepentingan keluarga, daerah dan Koordinasi Nasional Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga KKBPK Tahun 2017 merupakan forum tahunan yang diselenggarakan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana BKKBN guna meningkatkan sinergitas, komitmen dan dukungan pemerintah, pemerintah daerah dan mitra kerja dalam pengelolaan KKBPK dalam meningkatkan kualitas manusia ini disiarkan oleh Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Halo Kemkes melalui hotline 1500-567, SMS 081281562620, faksimili 021 5223002, 52921669, dan alamat email kontak[at]kemkes[dot]go[dot]id. Inilah aki tahun 2015 menurut who dan ulasan terbaik lainnya yang berkaitan dengan aki tahun 2015 menurut who yang Anda pada judul artikel berikut ini untuk membaca ulasan kami tentang aki tahun 2015 menurut who. Selamat membaca dan semoga bermanfaat.…gka Kematian Bayi AKB masing-masing adalah 373/ kelahiran hidup SKRT, 1995 serta 60/1000 kelahiran hidup Susenas 1995, maka pada tahun 2003 AKI turun menjadi 307/ kelahiran hidup SDKI, 2003, sedangkan AKB turun menjadi 37/1000 kelahiran hidup SDKI, 2003. Sementara itu, umur ha……ogen dan progesteron. Organisasi Kesehatan Dunia WHO tidak merekomendasikan pemakaian KB yang telah mengandung hormon estrogen sebab bisa mengurangi terjadinya kandungan lemak dan produksi ASI. Jika saja Anda masih menginginkan untuk memakai KB jenis Pil, sebaiknya Anda harus memilih yang hanya men……hir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram disebut low birth weight infant bayi berat badan lahir rendah, BBLRDefinisi WHO tersebut dapat disimpulkan secara ringkas sebagai bayi berat badan lahir rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500 gram. Bayi……an bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa Sarwono, 2003 . Gerakan KB Nasional selama ini telah berhasil mendorong peningkatan peran serta masyarakat dalam membangun keluarga kecil yang makin mandiri. Keberhasilan ini mutlak harus diperhatikan bahkan terus ditingkatkan karena pencapaian tersebut belum……oleh adanya penelitian yang dilakukan pada tahun 2006 yang telah menemukan, bahwa jarak kehamilan kurang dari 18 bulan akan meningkatkan resiko berat badan bayi rendah, persalinan kurang bulan, dan terjadinya ukuran bayi yang tidak normal. Bukan hanya itu saja, wanita yang mempunyai jarak hamil kuran……gga 3 minggu, produksi ASI pun meningkat menjadi 800 ml per hari. Bahkan, produksi ASI bisa meningkat sampai 1,5-2 L per harinya. Namun, itu semua tergantung dari seberapa banyak bayi yang akan menyusui. Semakin sering Anda menyusui, maka semakin banyak pula hormon prolaktin yang akan dilepaskan yang……am pada kehamilan ³28 minggu atau berat janin > 1000 gram. KRITERIA DIAGNOSIS Anamnesis Riwayat intimio sesarea yang lalu kapan, indikasi, dimana, operator, jenis sayatan uterus, penyembuhan luka, keadaan bayi, penyulit, dan jumlah operasi yang pernah dijalani. Apakah ada persalinan per vaginam seb……u. Tapi kalo boleh saran sih, kalo memang belum setahun, mending program alami/sendiri dulu, karena dateng ke dokter kadang malah bikin kita kepikiran & panik, padahal kalo mau cepat hamil sebaiknya harus rileks, tenang & ga parno. Who?? Trus ke dokter siapa? Waktu pertama kali berencana dateng ke do……u neonatus dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut prematur. Pada tahun 1961 oleh WHO semua bayi yang baru lahir dengan berat lahir kurang dari 2500 gram disebut Low Birth Weight Infants BBLR. Berdasarkan pengertian di atas maka bayi dengan berat badan lah…Demikianlah ulasan tentang aki tahun 2015 menurut who. Jika Anda merasa belum jelas, bisa juga langsung mengajukan pertanyaan kepada MENARIK LAINNYAcara menghentikan menstruasi dalam 1 hari,tanda awal kehamilan sebelum telat haid,cara agar haid cepat selesai dalam 3 hari,cara agar menstruasi cepat selesai dalam waktu 2 hari,cara menghentikan darah haid untuk berhubungan,gadis 9 tahun hamil,cara menghentikan haid,cara cepat datang bulan setelah melakukan hubungan intim,implantasi,cara minum pil tuntas agar cepat haid Health is a primary need which allows every person to do their activity for their productivity, therefore health is important for the progress and prosperity of a region. Papua Province has an uneven population distribution between developed and undeveloped regions, which causes gaps in various fields and health is one of them. Goals of this study are to identify Papua's health profile in general and to analyze every indicator that is used for identifying population health in Papua Province. This study uses a descriptive analytical method to analyze infant mortality rate IMR and maternal mortality rate MMR. The result shows that accessibility, socioeconomic , and awareness are the main cause of Papua's health problem. Infant mortality rate IMR analysis shows that some region has decrease and the other region are increase the main cause is poor accessibility of health facility, while maternal mortality rate MMR analysis shows that the number is decrease but still relatively high because of poor health facility access, socioeconomic , and lack of public awareness. Abstrak Kesehatan merupakan kebutuhan primer yang memungkinkan penduduk untuk beraktivitas serta mendukung tercapainya produktivitas bagi setiap orang, sehingga kesehatan penduduk sangat penting untuk kemajuan dan kesejahteraan suatu daerah. Provinsi Papua memiliki persebaran penduduk yang tidak merata antara daerah maju dan daerah tidak maju, sehingga menyebabkan adanya ketimpangan pada berbagai bidang salah satunya adalah kesehatan. Tujuan dari studi adalah untuk mengetahui profil kesehatan secara umum di Provinsi Papua dan menganalisis indikator yang digunakan dalam menentukan aspek kesehatan di Provinsi Papua. Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif analitik dari data-data mortalitas berupa data angka kematian bayi AKB dan angka kematian ibu AKI. Secara umum, hasil menunjukan bahwa akses fasilitas kesehatan, kondisi sosial ekonomi, dan kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan menjadi faktor utama terhadap perbedaan tingkat kesehatan di setiap daerah di Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free Analisis Sumberdaya Manusia dan Ekonomi- ASDME Yogyakarta, 07 Oktober 2020 Analisis Kualitas Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 dan 2017 Rona Sandila, Muhammad Rizal S, Fiqh Arya Satya, Lis Sulastri, Muhammad Arif Fahrudin Alfana, Umi Listyaningsih. Departemen Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada e-mail Ronasandila Abstract Health is a primary need which allows every person to do their activity for their productivity, therefore health is important for the progress and prosperity of a region. Papua Province has an uneven population distribution between developed and undeveloped regions, which causes gaps in various fields and health is one of them. Goals of this study are to identify Papua’s health profile in general and to analyze every indicator that is used for identifying population health in Papua Province. This study uses a descriptive analytical method to analyze infant mortality rate IMR and maternal mortality rate MMR. The result shows that accessibility, socio-economic, and awareness are the main cause of Papua’s health problem. Infant mortality rate IMR analysis shows that some region has decrease and the other region are increase the main cause is poor accessibility of health facility, while maternal mortality rate MMR analysis shows that the number is decrease but still relatively high because of poor health facility access, socio-economic, and lack of public awareness. Keywords Health, IMR, MMR Abstrak Kesehatan merupakan kebutuhan primer yang memungkinkan penduduk untuk beraktivitas serta mendukung tercapainya produktivitas bagi setiap orang, sehingga kesehatan penduduk sangat penting untuk kemajuan dan kesejahteraan suatu daerah. Provinsi Papua memiliki persebaran penduduk yang tidak merata antara daerah maju dan daerah tidak maju, sehingga menyebabkan adanya ketimpangan pada berbagai bidang salah satunya adalah kesehatan. Tujuan dari studi adalah untuk mengetahui profil kesehatan secara umum di Provinsi Papua dan menganalisis indikator yang digunakan dalam menentukan aspek kesehatan di Provinsi Papua. Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif analitik dari data-data mortalitas berupa data angka kematian bayi AKB dan angka kematian ibu AKI. Secara umum, hasil menunjukan bahwa akses fasilitas kesehatan, kondisi sosial ekonomi, dan kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan menjadi faktor utama terhadap perbedaan tingkat kesehatan di setiap daerah di Provinsi Papua. Hasil analisis angka kematian bayi menunjukan bahwa terdapat beberapa daerah mengalami penurunan dan terdapat daerah yang mengalami kenaikan, hal yang paling mempengaruhi adalah akses terhadap fasilitas kesehatan, sedangkan analisis angka kematian ibu di Provinsi Papua Tahun 2013 sampai 2017 mengalami penurunan, tetapi masih tergolong tinggi karena akses, kondisi sosial ekonomi dan kesadaran masyarakat masih kurang. Kata kunci Kesehatan, AKB, AKI PENDAHULUAN Latar Belakang Provinsi Papua merupakan provinsi dengan wilayah terluas di Indonesia dan berada di Pulau Papua. Berdasarkan pola persebaran penduduk tersebut, konsentrasi penyebaran penduduk terjadi antara daerah yang memiliki pertumbuhan ekonomi tinggi. Sehingga hal ini menyebabkan ketimpangan di berbagai bidang seperti pendidikan, kesehatan, sosial, dll. Salah satu aspek untuk mengetahui tingkat kesejahteraan masyarakat yaitu di bidang kesehatan yang dilihat dari beberapa indikator. Menurut UU Kesehatan Tahun 2010, kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia yang sekaligus dijadikan sebagai investasi, sehingga perlu diupayakan, diperjuangkan dan ditingkatkan oleh setiap individu dan seluruh komponen, agar masyarakat dapat menikmati hidup sehat. Tingkat kesehatan masyarakat Indonesia saat ini masih tergolong buruk, dan kebanyakan disebabkan karena faktor ekonomi atau kemiskinan dan sarana prasarana yang belum cukup memadai. Menurut Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2012 dan 2017, derajat kesehatan masyarakat ditentukan oleh berbagai faktor, tidak hanya ditentukan oleh pelayanan kesehatan, ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan serta jumlah dan distribusi tenaga kesehatan juga dipengaruhi oleh faktor ekonomi, keturunan, lingkungan, pendidikan, sosial, dan faktor lainnya. Kesehatan merupakan kebutuhan primer yang memungkinkan penduduk untuk beraktivitas serta mendukung tercapainya produktivitas bagi setiap orang. Kondisi sehat menurut UU no. 23 Tahun 1992 merupakan kondisi sejahtera bagi badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif baik secara ekonomi maupun sosial. Derajat kesehatan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor. faktor-faktor yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan antara lain pelayanan kesehatan, ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan, juga faktor ekonomi, pendidikan, lingkungan sosial, dan keturunan Wandansari, 2013. Hendrik L. Blum 1981 menyatakan bahwa mengkategorikan empat faktor utama yang berpengaruh terhadap status kesehatan yaitu lingkungan, pelayanan kesehatan, genetik, dan gaya hidup. Faktor-faktor tersebut saling berinteraksi serta berpengaruh pada kondisi morbiditas dan mortalitas beserta status gizi yang menggambarkan situasi derajat kesehatan masyarakat. Angka-angka sangat penting untuk upaya evaluasi dan perencanaan program-program kesehatan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Derajat kesehatan masyarakat miskin berdasarkan indikator Angka Kematian Bayi AKB dan Angka Kematian Ibu AKI di Indonesia masih cukup tinggi. Terdapat banyak indikator kesehatan khususnya pada kejadian mortalitas masyarakat seperti Angka Kematian Anak dan Angka Kematian Bayi AKB WHO, 2015. Berdasarkan beberapa indikator tersebut, dapat diketahui profil kesehatan di suatu daerah, khususnya di Provinsi Papua. Masing-masing indikator memiliki fungsi yang berbeda untuk menentukan indeks kesehatan tertentu sesuai tujuan penelitian. Berdasarkan beberapa indikator kesehatan khususnya mortalitas tersebut dapat digunakan untuk mengetahui profil kesehatan secara umum di Provinsi Papua. Kesehatan dan pendidikan sangat berperan penting dalam menentukan kesejahteraan masyarakat dan mendukung mewujudkan membangun sumberdaya manusia yang lebih baik. Kedua parameter tersebut saling berkaitan satu sama lain yang mempengaruhi secara kompleks kualitas dari sumberdaya manusia yang ada di suatu wilayah, salah satunya Provinsi Papua. Oleh karena itu kita perlu mengetahui indikator apa saja dari bidang kesehatan yang dapat dikaitkan dengan indikator di bidang pendidikan. Tujuan Adapun tujuan dilakukannya analisis kualitas Kesehatan provinsi Papua, yakni Mengetahui profil Kesehatan secara umum di Provinsi Papua. Menganalisis indikator yang digunakan dalam menentukan aspek kesehatan di Provinsi Papua. METODE Metode yang digunakan dalam menganalisis kualitas kesehatan yaitu metode deskriptif analitik dari data-data mortalitas yang didapatkan. Data mortalitas berupa data sekunder dari Profil Kesehatan Provinsi Papua. Data sekunder tersebut sebagian digunakan langsung dan sebagian diolah berdasarkan rumus yang ada. Pengolahan data mortalitas menggunakan rumus masing-masing sesuai dengan indikatornya di bawah ini 1. Angka Kematian Bayi Angka Kematian Bayi atau Infant Mortality rate IMR merupakan jumlah bayi yang meninggal dunia setiap seribu bayi yang lahir di dunia pada periode waktu tertentu. Perhitungan angka kematian bayi dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut ini 𝐼𝑀𝑅 = 𝐷𝑜 /𝐵 𝑥𝑘 Keterangan IMR = angka kematian bayi Do = jumlah kematian bayi B = jumlah kelahiran hidup 2. Angka Kematian Ibu Angka kematian Ibu merupakan angka yang menunjukkan jumlah kematian Ibu yang sedang melahirkan tiap 1000 ibu melahirkan hidup. Data yang dibutuhkan untuk menghitung kematian Ibu di Provinsi Papua antara lain jumlah kematian ibu saat melahirkan dan jumlah kelahiran hidup tiap Kabupaten di Provinsi Papua tiap tahun. Rumus Angka Kematian Ibu sebagai berikut AKI = DMelahirkan / Jumlah Kelahiran Hidup X 1000 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Angka Kematian Bayi Angka Kematian Bayi AKB merupakan kuantitas dari kematian bayi dengan usia 28 hari pertama kelahiran nya per 1000 bayi kelahiran hidup. Angka Kematian Bayi menurut WHO World Health Organization 2015 berdasarkan penyebabnya, kematian bayi terbagi menjadi dua macam yaitu dalam kandungan dan luar kandungan. Sedangkan kematian bayi luar kandungan yang disebabkan oleh faktor-faktor yang berhubungan dengan pengaruh dari luar janin Vivian, 2014. Analisis angka kematian bayi di Provinsi Papua dilakukan pada tahun 2013 dan tahun 2019, hal ini ditujukan untuk mengetahui perkembangan kematian bayi di provinsi tersebut. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa angka kematian bayi memiliki tren yang menurun pada beberapa kabupaten, namun terdapat pula kenaikan di sejumlah kabupaten. Penurunan ini menunjukkan adanya keberhasilan pemerintah dalam perbaikan aspek kesehatan di Provinsi Papua. Penurunan angka kematian bayi merupakan salah satu hasil dari upaya Dinas Kesehatan Provinsi Papua melalui sejumlah kegiatan untuk menurunkan kasus kematian bayi. Misalnya, kegiatan pendampingan langsung di lapangan secara rutin, penyediaan anggaran, dan memberikan penilaian secara transparan bagi setiap pejabat dinas kesehatan dari seluruh kabupaten di Papua ketika pelaksanaan rapat kerja daerah. Hal ini sekaligus menjadi salah satu tercapainya program MDGS yang menjadi program perhatian pemerintah dalam hal ini Kemenkes, dari pusat sampai daerah. Program tersebut di dalamnya mencakup upaya peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan keselamatan ibu dan bayi yang sehat. Salah satu kabupaten yang mengalami penurunan angka kematian bayi adalah Kabupaten Nduga. Diberitakan dalam 2017, turunnya angka kematian bayi di Kabupaten Nduga merupakan hasil dari usaha pemerintah setempat dengan mengundang tim kesehatan dari pusat untuk melakukan uji laboratorium terhadap kasus kematian bayi. Setelah pengambilan sampel dari warga, maka diketahui penyebab dari terjadinya kasus kematian bayi. Kasus kematian bayi di Kabupaten Nduga mayoritas diketahui bukan disebabkan oleh masalah kebersihan atau gaya hidup tak sehat, melainkan di kabupaten tersebut terjangkit jenis kuman yang sangat beresiko bagi bayi. Dengan diketahuinya penyebab kematian bayi, maka pemerintah setempat dapat dengan segera untuk mengambil langkah untuk mengatasi permasalahan dan menetapkan upaya preventif sehingga kematian bayi dapat ditekan. Tabel 1. Angka Kematian Bayi Provinsi Papua Tahun 2013 dan 2017. Sumber Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 dan 2017 diolah. Gambar 1. Grafik Angka Kematian Bayi Provinsi Papua Tahun 2013 dan 2017. Sumber Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 dan 2017 diolah. Peningkatan angka kematian bayi dapat disebabkan oleh beberapa penyebab diantaranya karena sulitnya kondisi geografis dan jumlah Sumber Daya Manusia SDM kesehatan yang masih kurang, serta rendahnya fasilitas yang menunjang imunisasi bayi seperti kotak penyimpan vaksin. Angka cakupan imunisasi di Provinsi Papua baru mencapai persen yang merupakan angka terendah di semua Provinsi Indonesia Timur Abidin, 2018. Kematian bayi juga dapat disebabkan oleh perilaku penduduk terutama dalam hal sanitasi. Terdapat tiga sumber penularan penyakit yakni tinja, sampah dan limbah yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat kesehatan ibu yang sedang mengandung, yang mana bayi yang dikandungnya akan mengalami permasalahan kesehatan sehingga terjadi kematian bayi atau pun terjadi stunting saat melahirkan. Oleh karena itu diharapkan penduduk Provinsi Papua mulai sadar terhadap perilaku mengenai pentingnya dampak dari kondisi sanitasi. Hal ini disebabkan derajat kesehatan berdasarkan konsep Henrik L Blum dipengaruhi sebanyak 45 persen oleh faktor kesehatan karena lingkungan, 30 persen karena perilaku masyarakat, 20 persen pada layanan kesehatan dan 5 persen dipengaruhi oleh keturunan. Rendahnya kesadaran akan kebersihan dan gaya hidup bersih dapat berdampak pada peningkatan kematian bayi. Hal serupa disampaikan oleh Bupati Deiyai yang terangkum dalam 2017 yang menyatakan bahwa peningkatan kematian bayi di Kabupaten Deiyai merupakan akibat dari kurangnya kesadaran hidup bersih penduduk, ditambah dengan rendahnya kesadaran penduduk akan pentingnya imunisasi. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya banyak kasus bayi meninggal dengan gejala campak yang merupakan penyakit menular. Selain campak, banyak bayi yang menderita diare, infeksi saluran pernapasan, dan disentri sebagai akibat dari kebersihan yang kurang terjaga. Kematian bayi tidak hanya disebabkan oleh keadaan atau kondisi penduduk. Kematian bayi dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat kesehatan dan juga disebabkan oleh rendahnya operasional kesehatan. Jumlah tenaga medis di Provinsi Papua yang sangat minim mengakibatkan perlunya upaya pemerintah untuk mengirim tenaga medis dari luar daerah. Tenaga medis yang berasal dari luar daerah ini menurut Abidin 2018 memiliki kecenderungan yang tidak betah terhadap kontrak kerja di Provinsi Papua. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya terisolir, faktor alam, budaya, hingga keamanan, sering membuat tenaga medis tersebut merasa tidak nyaman. Akibatnya, kualitas kesehatan dalam hal tenaga medis menjadi berkurang karena tidak maksimal dalam menjalankan tugasnya. Secara keseluruhan, kasus kematian bayi menurut Peters 2012 dalam penelitiannya yang berjudul “Invisible Victims” menyatakan bahwa kekerasan struktural berbasis politik rasisme merupakan salah satu penyebabnya. Kekerasan struktural yang berbasis politik rasisme menghasilkan peluang yang tidak sesuai dengan kelompok penduduk yang mendominan dengan yang lemah pada masyarakat, sehingga dapat meningkatkan angka kematian bayi. Kelompok penduduk yang kuat ditujukan bagi penduduk yang tinggal di perkotaan atau wilayah dengan tingkat ekonomi yang baik dan penduduk yang lemah ditujukan kepada penduduk desa. Penduduk kota dianggap penduduk yang dominan disebabkan oleh adanya aksesibilitas terhadap kesehatan, sehingga mampu mendapatkan fasilitas kesehatan yang baik. Berbeda halnya dengan penduduk yang tinggal di pedesaan yang sangat minim terhadap akses kesehatan baik itu jumlah fasilitas kesehatan maupun tenaga kesehatan. Artinya terdapat diskriminasi yang menyebabkan kesenjangan oleh pemerintah terhadap pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Hal ini dapat dibuktikan pada Tabel 1. dan Gambar 1. dengan hasil yang menunjukkan bahwa Kabupaten yang merupakan kota seperti Kabupaten Merauke, Sarmi, Supiori, Kerom dan Kota Jayapura menunjukkan angka kematian bayi yang menurun. Sementara kabupaten lain yang mayoritas merupakan desa mengalami peningkatan kematian bayi. Lebih lanjut disebutkan oleh Peters 2012 yang mengutarakan bahwa obat-obatan dengan kualitas yang baik sebagai penunjang kesehatan ibu dan bayi di daerah pelosok atau desa sangat terbatas, bahkan hanya terdapat obat-obat yang sudah melewati tanggal kadaluarsa. Permasalahan kesehatan di Provinsi Papua ini dapat turut serta membawa dampak atas munculnya permasalahan sosial. Disebutkan kekerasan struktural berbasis rasisme ini menurut Peters 2012 dikarenakan adanya perbedaan komposisi penduduk antara desa dan kota yang mana hampir sebagian penduduk kota merupakan penduduk non-Papua atau bukan penduduk asli Papua sebagai dampak dari proses transmigrasi oleh pemerintah pusat yang didasarkan pada tujuan pengurangan kepadatan penduduk. Sementara wilayah desa didominasi oleh penduduk asli Papua sebab transmigran yang dipindahkan enggan untuk bertempat tinggal di pelosok desa. Pencatatan angka kematian bayi ini pada dasarnya membutuhkan partisipasi penduduk dalam melaporkan kasus kematian bayi. Oleh sebab itu peran serta penduduk sangat mempengaruhi hasil atau angka kematian bayi. Fakta yang terjadi di lapangan menyebutkan bahwa masih terdapat mayoritas bayi yang meninggal tidak dicatat karena tidak adanya pelaporan aktif dari keluarga. Hal tersebut menjadikan fokus pemerintah setempat untuk terus melakukan edukasi dan sosialisasi kepada penduduk serta peningkatan akses dalam pelaporan terutama pada wilayah pelosok atau desa, sehingga diharapkan akan mendapatkan angka yang representatif. 2. Angka Kematian Ibu Angka kematian Ibu merupakan banyaknya kematian pada perempuan saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tidak memandang lama waktu kehamilan atau pada persalinan, yang disebabkan oleh kehamilannya, akan tetapi bukan disebabkan oleh hal lain seperti kecelakaan, terjatuh dll Utomo, 1985. AKI dapat diketahui dengan cara membagi jumlah kematian ibu dengan waktu yang telah ditentukan di suatu daerah dengan jumlah kelahiran hidup di waktu tertentu pada suatu daerah dikali dengan konstanta DINKES, 2014. Menurut WHO 2010, setiap tahun terjadi sekitar kematian ibu di seluruh dunia dengan 99% kematian terjadi di negara berkembang yang miskin termasuk Indonesia. Meningkatnya tingkat kematian pada ibu terjadi karena rendahnya tingkat kesadaran masyarakat tentang kondisi kesehatan ibu hamil, lingkungan masyarakat, politik, pemberdayaan perempuan yang kurang baik, sosial ekonomi keluarga, latar belakang pendidikan, dan kebijakan. Penyebab kematian ibu dibagi menjadi 2 yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung umumnya berkaitan dengan medis, seperti komplikasi obstetri selama kehamilan, persalinan dan masa nifas. Penyebab tidak langsung dapat disebabkan oleh penyakit yang diderita oleh seorang ibu atau penyakit selama kehamilan, tidak berkaitan dengan penyakit obstetri, tetapi diperberat oleh efek fisiologi kehamilan Kementerian Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak, 2016. Kematian Ibu di Provinsi Papua Tahun 2013 dan 2017 mengalami penurunan pada Gambar 2. Hal yang mengakibatkan tingginya angka kematian Ibu di tahun 2013 adalah disebabkan masih rendahnya pertolongan pada persalinan oleh tenaga medis terutama di daerah-daerah yang sulit di jangkau dapat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai. Selain itu, kurangnya ketersediaan tenaga kerja kesehatan yang secara langsung kurang bersedia untuk ditempatkan di daerah yang secara geografisnya tidak memadai. Cakupan persalinan di Provinsi Papua dengan cakupan terendah yaitu sebesar 33,31%, menyatakan bahwa Pada tahun 2013 Angka kematian Ibu di Provinsi papua merupakan yang tertinggi di Indonesia Ningrum, 2007. Faktor-faktor lainnya yang menyebabkan Angka kematian Ibu di Provinsi papua tinggi yaitu faktor perilaku masyarakat bahwa tingkat kesadaran masyarakat untuk berperilaku hidup bersih masih tergolong rendah, termasuk kesadaran masyarakat dalam memelihara lingkungannya. Hal tersebut yang dapat menurunkan kesehatan ibu saat kehamilan. Angka Kematian Ibu AKI yang tertinggi pada Tahun 2013 tersebar di berbagai Kabupaten di Provinsi Papua Kabupaten Mamberamo Raya merupakan Kabupaten dengan angka kematian ibu yang tinggi sebesar 39. Sedangkan pada Tahun 2017 Angka Kematian Ibu AKI tertinggi di Provinsi Papua yaitu Kabupaten Waropen yaitu sebesar 39. Pada Tabel 2 Kabupaten dengan angka kematian ibu tinggi tersebut merupakan dengan akses terhadap fasilitas kesehatan yang rendah BPS,2017. Sedangkan Kabupaten dengan angka kematian ibu yang rendah didominasi pada Kabupaten yang akses kesehatannya agak mudah. Gambar 2. Grafik Kematian Ibu Provinsi Papua Tahun 2013 dan 2017 Sumber Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 dan 2017diolah. Kabupaten dengan angka kematian ibu tinggi tersebut merupakan dengan akses terhadap fasilitas kesehatan yang rendah BPS,2017. Sedangkan Kabupaten dengan angka kematian ibu yang rendah didominasi pada Kabupaten yang akses kesehatannya agak mudah. Tabel 2. Angka Kematian Ibu Provinsi Papua Tahun 2013 dan 2017 Sumber Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2013 dan 2017 diolah. Tingkat kematian Ibu menggambarkan kualitas hidup dan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang berkaitan dengan pendapatan masyarakat di Provinsi Papua. Pendapatan masyarakat cenderung hanya dapat memenuhi kebutuhan pokok sehingga kurang mampu memenuhi kebutuhan kesehatan. Selain itu, kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan ibu hamil juga menjadi faktor yang mempengaruhi kematian maternal. Oleh karena itu perlu dilakukan edukasi yang baik terkait kesehatan remaja calon ibu hamil, peningkatan kesadaran kesehatan ibu hamil, peningkatan gizi dan kesehatan reproduksi, dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil. SIMPULAN 1. Secara umum, akses fasilitas kesehatan, kondisi sosial ekonomi, dan kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan menjadi faktor utama terhadap perbedaan tingkat kesehatan di setiap daerah di Provinsi Papua. 2. Hasil analisis angka kematian bayi menunjukan bahwa terdapat beberapa daerah mengalami penurunan dan terdapat daerah yang mengalami kenaikan, hal yang paling mempengaruhi adalah akses terhadap fasilitas kesehatan, sedangkan analisis angka kematian ibu di Provinsi Papua Tahun 2013 sampai 2017 mengalami penurunan, tetapi masih tergolong tinggi karena akses, kondisi sosial ekonomi dan kesadaran masyarakat masih kurang. DAFTAR PUSTAKA Abidin, Fadil. 2018. Sejarah Gizi Buruk di Papua [Online]. Diakses melalui pada 07 Oktober 2020. Batasnegeri. 2017. Kematian Terus Mengincar Bayi Papua [Online]. Diakses melalui pada 07 Oktober 2020. Blum, Henrik, L. 1981. Planning for Health. New York Human science Press Dewi, Vivian Nanny Lia. 2014. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita. Jakarta Salemba Medika. Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura. 2012. Data kematian ibu dan bayi. Jayapura Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura. Dinas Kesehatan RI, 2014. Informasi dan Data Situasi Kesehatan Ibu di Indonesia. Ningrum, 2007. Hubungan Karakteristik Ibu dan Asuhan yang Diterima dengan Kejadian Persalinan Patologis di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007. Peters, Stella Roos. 2012. Invisible Victims [Thesis]. Utrecht Utrecht University. Profil Kesehatan Provinsi Papua. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2012. Jayapura Dinas Kesehatan Provinsi Papua. Profil Kesehatan Provinsi Papua. 2017. Profil Kesehatan Provinsi Papua Tahun 2017. Jayapura Dinas Kesehatan Provinsi Papua. Peraturan Menteri Kesehatan /MENKES /PER/XII/2011 Portal Berita Papua diakses di tingginya-angka-kematian-bayi-diPapua/ pada 7 Oktober 2020 Utomo, B. 1985. Mortalitas Pengertian dan Contoh Kasus di Indonesia. Jakarta Fakultas Kesehatan Masyarakat UI. World Health Organization WHO. 2010. Trends in maternal mortality 1999 to 2008. Geneva World Health Organization Press WHO. 2015. Good Health Adds Life To Years.Global brief for World Health Reference number WHO/DCO/WHD/ Diunduh dari hd2012_ globalbrief/en/indexhtml, pada tanggal 07 Oktober 2020. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Gizi Buruk di PapuaFadil AbidinAbidin, Fadil. 2018. Sejarah Gizi Buruk di Papua [Online]. Diakses melalui pada 07 Oktober Terus Mengincar Bayi PapuaBatasnegeriBatasnegeri. 2017. Kematian Terus Mengincar Bayi Papua [Online]. Diakses melalui pada 07 Oktober Karakteristik Ibu dan Asuhan yang Diterima dengan Kejadian Persalinan Patologis di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan TahunE W NingrumNingrum, 2007. Hubungan Karakteristik Ibu dan Asuhan yang Diterima dengan Kejadian Persalinan Patologis di Rumah Sakit Umum Sari Mutiara Medan Tahun 2007.